Mengenal Gunung Berapi

Untuk apa Allah menyiptakan gunung? Selain untuk menhidupkan dan menumbuhkan bumi yang tadinya mati, juga untuk kehidupan makhluk yag ada di dunia ini. Gunung ada yang di dasar laut, ada juga yang di permukaan dan di perut bumi. Yang pada saatnya nanti, “Tuhanku akan menghancurkannya pada hari kiamat sehancur-hancurya, Dia akan menjadikan gunung-gunung itu datar sama sekali,” (Q.S Thaha [20[: 15-106).
Gempa dan Tsunami
                Negara kita, secara istografi, merupakan wilayah langganan gempa bumi dan tsunami. Pasca meletusnya Gunung Krakatau yang menimbulkan tsunami besar pada tahun 1883, setidaknya telah terjadi 17 bencana besar serupa di Indonesia selama hapir satu abad (1900-1996). Yang masih terbayang dalam ingatan kita adalah yang terakhir di Aceh dan sebagian Sumatra Utara. Waktu itu lebih dari 150.000 orang meninggal dunia. Tapi, gempa bumi terjadi hamir setiap tahun. Etelah gempa di Aceh itu, tahun 2005, Pulau Nias dan sekitarnya dilanda gempa, sekitar 1.000 orang meninggal dunia. Akhir Mei 2006, Yogyakarta dan sebagian Jawan Tengah diguncang gempa bumi, korban meninggal 5.000 orang lebih. Akhir Oktober 2010, di dasar laut dangkal di Kepulauan Mentawai terjadi gempa bumi berskala 7,2SR, dan menimbulkan tsunami: korban meninggal 445 orang, hilang 58 orang, luka berat 173 orang, luka ringan 325 orang, serta pengungsi 15.353 jiwa. Hamper seluruh bangunan di wilayah gepa dan tsunami itu, hancur; membutuhkan waktu bertahun-tahun dan dana ratusan miliar untuk membangunnya lagi.
Rawan Bencana
                Berbagai daerah di Indonesia merupakan titik rawan bencana, terutama bencana gempa bumi, tsunami, banjir, dan letusan gunung berapi. Wilayah Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Sewaktu-waktu lempeng itu akan bergeser, patah, lalu menimbukan gempa bumi dan tsunami. Tabrakan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia sampai di lepas pantai Sumatra, Jawa, dan Nusatenggara, sedangkan dengan lempeng Pasifik hingga utara Irian dan Maluku utara. Di sekitar lokasi tumbukan lempeng akan terkumpul energy tabrakan. Apabila lapisan bumi tidak sanggup lagi menahan tumpukan energi itu, maka ia akan melepaskannya berupa gempa bumi. Pelepasan energi sesaat itu menimbulkan gelombang seismic, tsunami, longsor, dan peluruhan bumi. Besarnya dampak gempa terhadap bangunan tergantung kepada antara lain : skala gempa, jarak pusat gempa, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi dan kualitas bangunan. Jika pelepasan tumpukan energi itu besar, akan mendorong tumbukan antarlempeng tektonik lagi dan menimbulkan efek tsunami, seperti yang terjadi di Aceh dan Sumatra Utara.
                Catatan dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan, bahwa ada 28 wilayah di Indonesia yang dinyatakan rawan gempa dan tsunami. Di antaranya NAD, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung Banten, Jateng, DIY bagian Selatan, Jatim bagian Selatan, Bali, NTB, dan NTT. KEMUDIAN Sulut, Sulteng, Sulsel, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak, Yapen, dan Fak-Fak d Papua, sert a Balikpapan di Kaltim.
Cincin Api
                Selain dikepung oleh tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia juga merupakan lajur dari The Pasific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), yang merupakan lajur dari rangkaian gunung api aktif dunia. Cicin api Pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara, dan lempeng Nazca yag bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Ia membentang dari pantai barat Amerika Selatan ke panti barat Amerika Utara, melingkar ke Kanada, ke semenanjung Kamsatchka, ke Jepang, Indonesia, dank e Kepulauan Pasifik Selatan. Indonesia memiliki gunung berapi sekitar 240 buah, hamper 70 diantaranya ,asih aktif. Zona kegempaan dan gunug api aktif di Circum Pasifik ini terkenal, karena setiap gempa hebat atau tsunami dahsyat terjadi di kawasan ini, dipastikan menelan ribuan korban jiwa manusia karena kepadatan penduduknya.

Peringatan Dini               
               Sampai sekarang, belum ditemukan teknologi untuk mengetahui kapan gempa bumi akan terjadi. Teknologi canggih yang ada adalah system peringatan dini (early warning system) sebagai alarm darurat tanda adanya gempa dengan skala berapa. System ini berupa rangkaian sesimograf yang terhubung ke satelit. National Ocean and Atmospheric Administration (NOAA) USA, misalnya, telah memakai sensor DART (Deep Ocean Assesment and Reporting) yag mampu mengukur perubahan gelombang laut akibat gempa bumi tekntonik.
               Alat-alat pendeteksi gempa dan tsunami tersebut diletakkan di daerah-daerah rawan gempa dan dipantau setiap hari oleh petugas teknis di lapangan, lalu dikirimkan ke pusat pengolah dan penganalisis data untuk disimpulkan ole para pakar di bidangnya. Walaupun alam tersebut berbunyi Cuma puluhan atau ratusan detik sebelum bencaa dating, peringatan tersebut terbukti efektif untk mengurangi jumlah korban manusia.
Membawa Berkah
                Peristiwa tektonik yang berkekuatan dahsyat itu, selain menimbulkan gempa dan tsunami, juga membawa berkah dengan terbetuknya banyak cekungan sedimen (endapan batuan). Cekungan sedimen itu selanjutnya menjadi waduk endapan batuan hydrocarbon yang berisi kandungan minyak dan gas alam, yang menjadi tulang punggung perekonomian kita hingga tahun 1990-an.
Gunung Berapi
                Gunung berapi atau gunung api secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu system saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekiar 10km di dalam bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan material yang dikeluarkan ketika meletus. Istilah gunung api juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan gunung api es dan gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah gunung yang bersalju, sedangkan gunung pi lumpur dapat kita lihat di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah. Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenal adalah yang berada di lajur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Gunung berapi yang mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, kemudian tidak aktif atau mati. Walaupun, ada gunung berapi yang telah istirahat 610 tahun, kemudian aktif kembali.
Akibat Letusan
                Gunung berapi aktif dapat meletus dan menghamburkan berbagai kandungan material, magma, abu panas, dan gas beracun yang membakar kehidupan flora, fauna, dan manusia. Ketika hujan, semua material letusan itu akan berubah menjadi banjir lumpur yang berbahaya. Letusan gunung juga dapat menimbulkan gempa bumi dan tsunami.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenis Patah Tulang

Apa bedanya Palang Merah, Bulan Sabit Merah dan Kristal Merah?

[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan