Misteri Kaca
Air memiliki beberapa sifat yang
luar biasa. Air adalah satu-satunya zat alami yang dapat ditemukan berbentuk
padat, cair dan gas, dalam jarak suhu natural bumi. Bentuk padatnya kurang
rapat daripada bentuk cairnya, itulah mengapa es mengapung. Air juga dapat
menyerap panas dalam jumlah banyak, tegangan permukaannya tinggi, dan tidak
dapat dimampatkan.
Perbedaan itu sangat menarik bagi
para kimiawan, terutama kelakuan anehnya pada transisi ke fase kaca. “Fase
kaca” adalah bagian dari zat padat. Air kaca dan es, misalnya. Memiliki unsur
kimia dan bentuk yang sama tetapi berbeda strukturnya. Struktur es berbentuk
Kristal, sedangkan “kaca” strukturnya pendek dan tebal. Ketika air bertransisi
ke fase kaca, air berlaku sangat aneh, sebuah fakta yang menyenangkan peneliti.
Professor dari Arizona State
University, C. Austen Angell, telah menemukan fakta penting yang menjelaskn
kelakuan aneh air pada trasisi kaca tersebut. Penelitiannya dipublikasikan
dalam Jurnal Science edisi 1 Februari 2008. “Kita tahu banyak mengenai kaca
yang membentuk silica, gula dan loga,. Logam kaca ini digunakan untuk bahan
stik golf. Tapi, pentingnya “air kaca” dan peranannya dalam menjelaskan sifat
air, masih misteri,” ujar Angell.
Banyak bentuk kaca naik bertahap
dalam kapasitas panas sehingga titik transisi kunci dicapai. Pada titik suhu
kaca, materi akan melompat ke zona kapasitas panas dua kai lebih tinggi, dan
berubah dari padat menjadi cairan viskositas tinggi. Hal itu muncul bahkan
dalam laruta air sebagai komponen utamanya. Dalam air murni, sesuatu yang
berbeda terjadi. Ketika air kaca dingin dipanaskan, kapasitas tanahnya tak
berubah hingga 136 K , tetapi pada panas 150 K, air mengalami kristalisasi. Didekati
dari arah lain pun, air menghasilkan efek yang sama.
Angell menguji dalam suhu 150-250K.
ia menduga disitu transisi kaca untuk “air kaca” terjadi. Ia melihat perilaku
air yang sangat dingin dan es kaca saat dikurung oleh nano. Air nanoconfined
adalah air yang dimasukkan ke pori dengan diameter 2nm (± 5 kali skala ikata
kimia). Memakai sifat air pada fase ini dan mengombinasikan dengan sifat air
dari hukum termodinamis, ia dapat memperkirakan kapasitas panas yang mungkin
terjadi di daerah itu, dan memunculkan transisi koperatif untuk menjelaskan
kelakuan aneh materi tersebut.
“Kapasitas panas air tia-tiba
menggila mendekati transisi ini, dan sebelum tahu apa yang terjadi, air
berkristalisasi. Salah satu trik untuk mengetahui apa yang terjadi adalah
menaruh air dalam kurungan berukuran nano, sehingga air tidak dapat
berkristalisasi. Kami menemuka kelakuan yang sama tetapi tanpa data jarak,”
kata Angell.
Menurut Angell, air tidak seperti
pembentuk kaca lainnya dan kurang memiliki karakteristik lompatan kapasitas
panas ke fase kaca; tapi karena banyaknya ikatan hydrogen air berlaku seperti
fase kristalin, membuat terjadinya transisi order-disorder. Transisi ini
menyerap semua kapasitas panas di 220 K, sehingga membuat transisi kaca pada
136K tidak begitu dramatis.
Hal itu memberi Angell ide baru
untuk menjelaskan kelakuan aneh air super dingin, sesuatu yang teramati namun
tak memerlukan titik kritis. “Saya ingin menemukan jawaban dari teka-teki, apa
yang terjadi pada suhu 150-250K, dan saya bekerja dari fase kaca dan kurungan
nano. Air berukuran besar tak akan seperti itu. Tapi bagaimanapun, inilahb
bagian penting dari keseluruhan dan mendukung kesimpulan bahwa air memiliki
termodinamis yang berbeda dari cairan pembentuk kaca lainnya,” kata C. Austen
Angell menutup teorinya.
Komentar
Posting Komentar