Penyayang Anak-Anak
Penyayang
Anak-Anak
Sebaik-baik
teladan bagi semua umat adalah Rasulullah Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam. sebagai
hamba Allah, beliau adalah Nabi, Rasul, dan Khalifah yang amat pengasih dan
penyayag diantara makhluk-Nya. Rasulullah dikaruniai Allah Ta’ala hati lembu,
penuh kasih saying, kemurahan dan kedamaian. Dialah pemilik hati yang penuh cinta
dan rahmat bagi alam.
Rasulullah tidak pernah memberikan amanah
kepada orang-orang yang keras hatinya, yang tidak memiliki sifat pemuruh,
pengasih, dan penyayang. Karena orang yang tak memiliki kasih sayang,hatinya
bahkan lebih keras daripada batu karang. Tabiat, akhlak, dan perbuatannya
dikuasai nafsu setan, kesombongannya yang bodoh, dan tidak berperikemanusiaan.
Dari Anas bin
Malik radhiallahu’anhu ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
pernah menggendong putra beliau bernama Ibrahim, mengecup dan menyiuminya,”
(H.R Bukhari). Hal tersebut tidak hanya dilakukan bagi kerabanya, beliau juga
curahkan kepada segenap anak-anak yatim piatu dan kaum dhuafa.
Asma’ ninti ‘Umais radhiallahu’anha, istri
Jafar bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu menuturkan, “Rasululla shalallahu ‘alaihi
wasalam menjengukku, beliau memanggil putra-putri Ja’far. Aku melihat beliau
menyiumi mereka hingga meneteskan air mata. Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah,
apakah telah sampai kepadamu berita tentang Ja’far?’ Beliau menjawab, ‘Sudah,
dia telah gugur pada hari ini!” Mendengar berita itu kami pun menangis. Kemudian
beliau pergi sambal berkata kepada para sahabat, “Buatkan makanan bagi keluarga
J’far, karena telah dating berita musibah yang memberatkan mereka,” (H.R Ibnu
Sa’ad Tormidzi, dan Ibnu Majah).
Melihat Raulullah salallahu’alaihi wasalam
meneteskan air matanya menangisi gugurnya para syuhada, Sa’ad bin ‘Ubadah
radhiallahu ‘anhu bertanya, “Ya Rasulullah, apa Anda menangis?” Rasulullah
menjawab, “Ini adalah rasa kasih sayang yang Allah Ta’ala tanamkan ke dalam
hati hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya hamba-hamba yang dikasihi Allah Ta’ala yang
memiliki rasa kasih sayang,” (H.R: Al-Bukhari).
Ketika Rasulullah
shalallahu’alaihi wasallam menangisi kematian putra beiau bernama Ibrahim,
Abdurrahman bin ‘Auf radhiallahu ‘anhu bertanya, “Apakah Anda juga menangis
Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Wahai Ibnu ‘Auf, ini adalah ungkapan kasih
sayang yang diiringi dengan tetesan air mata. Sesungguhnya air mataku ini
menetes, hati ini pun bersedih, namun kami tidak mengucapkan kecuali yang di
ridhai Allah Ta’ala. Sungguh, kami sangat berduka cita berpisah denganmu wahai
Ibrahim,” (H.R Al-Bukhari).
Akhlak Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam
yang demikian agung itulah yang diteladankan dan diwariskan kepada umatnya dan
para ulama ahli akhirat bukan ulama ahli dunia. Perhatian, kasih sayang tehadap
anak-anak dan mendudukkan mereka di
tempat semestinya adalah kewajiban orang tua. Karena merekalah calon pemimpin
agama dalam keluarganya, masyarakatnya, calon pemimpin masa depan bangsanyayang
lebih baik, berakhlak, bermoral, dan lebih beradab. Tidak berjiwa budak, tidak
bermental pengemis, serta berani menegakkan keadilan demi kemakmuran rakyatnya
dan kemuliaan agamanya.
Komentar
Posting Komentar