Sejarah Idul Qurban

Pada Masa Nabi Adam a.s
Allah berfirman, “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil) berkata, ‘Aku pasti membunuhmu!’ (karena iri kurbannya tidak diterima). Berkata Habil, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima kurban (yang baik) dari orang-orang yang bertakwa, (Q.S Al-Maidah [5]: 27). Kurban Habil diterima, kambing kibasnya disambar api putih yang tak berasap dan tak berbunyi dari langit. Sedangkan kurban Qabil tertolak dan dimakan ulat.

Pada Masa Nabi Idris a.s
Selain diperintahkan untuk beriman dan beribadah kepada Allah SWT, bersifat zuhud, adil, serta membersihkan jiwa dengan puasa pada hari tertentu, berjihad, berzakat, dan beramal saleh; Nabi Idris dan kaumnya juga diperintahkan untukn berkurban. Antara lain berkurban dengan al-Bakhur (dupa dan wangi-wangian), al-Dzabaih (sembelihan hewan), al-Rayyahin (tumbuhan yang harum seperti al-Wardu, bunga ros), al-Hubub (biji-bijian al-Hinthah, biji gandum), juga berkurban dengan al-Fawakih (buah-buahan seperti al-‘Inab, buah anggur), lalu dibakar dengan api.

Pada Masa Nabi Nuh a.s
Setelah selamat dari azab air bah, Nabi Nuh a.s dan kaumnya diperintahkan membuat tempat atau altar untuk meletakkan kurban, sebagai persembahan dan rasa syukur kepada Allah yang telah menyelamatkan mereka, kemudian dibakar dengan api.

Pada Masa Nabi Ibrahim a.s
Dalam al-Quran surat Ash-Shaffat [37]: 102-107, Allah berfirman, meriwayatkan Nabi Ibrahim yang diperintah untuk menyembelih putranya Ismail yang baru beruisa 6-7 tahun. Peristiwa pengobanan Nabi Ibrahim (meninggalkan Ibu Hajar dan Ismail di Makkah hingga terbit air zam-zam dan) penyembelihan Nabi Ismail itulah yang dalam Islam diabadikan sebagai ritual ibadah haji dan kurban.
“Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata,’Hai Anakku. Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembeihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ismail menjawab, ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaAllah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. Dan Kami panggillah dia, ‘Hai Ibrahim, ‘Kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat baik’. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (kambing kibas)”.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenis Patah Tulang

Apa bedanya Palang Merah, Bulan Sabit Merah dan Kristal Merah?

[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan